Kamis, Januari 08, 2009

5.1 Menemukan Perbedaan Paragraf Induktif dan Deduktif Melalui Kegiatan Membaca Intensif

Indikator:

1. Menentukan kalimat utama yang mengandung gagasan utama dalam paragraf.

2. Menentukan kalimat penjelas yang mendukung gagasan utama.

3. Menjelaskan perbedaan antara paragraf yang berpola deduktif dengan paragraf yang berpola induktif.

Membaca intensif adalah membaca secara saksama, teliti, dan terperinci. Membaca intensif biasanya untuk tujuan studi atau pemahaman isi teks secara menyeluruh dan mendalam; sedangkan membaca ekstensif adalah suatu teknik membaca dengan cara menemukan hal-hal yang dicari dalam bacaan secara cepat.

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang saling berkaitan untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Dalam pengungkapan gagasannya itu, sebuah paragraf didukung oleh unsur-unsur tertentu dengan fungsi yang berbeda-beda. Unsur-unsur itu disebut dengan gagasan utama dan gagasan penjelas.

A. Gagasan utama

Gagasan utama adalah gagasan yang menjadi dasar pengembangan sebuah paragraf. Keberadaan gagasan utama dapat dinyatakan secara eksplisit dan implisit. Gagasan utama yang eksplisit dijumpai dalam jenis paragraf deduktif, induktif, atau paragraf campuran. Sementara itu, gagasan utama yang implisit umumnya dijumpai dalam paragraf deskrpitif atau naratif. Dalam jenis paragraf ini, gagasan utama tersebut terletak pada seluruh kalimat dalam paragraf itu.

Tidak ada ciri umum tentang suatu kalimat utama. Kalimat utama menyatakan gagasan yang merangkum seluruh isi kalimat dalam paragraf itu. Pada paragraf-paragraf tertentu, kalimat utama dapat diidentifikasi dengan mudah. Kalimat itu, antara lain, ditandai oleh kata-kata kunci berikut.

a. Sebagai kesimpulan . . ..

b. Yang penting . . ..

c. Jadi . . ..

d. Dengan demikian . . ..

e. Intinya . . ..

f. Pokoknya . . ..

g. Pada dasarnya . . ..

B. Gagasan penjelas

Gagasan penjelas adalah gagasan yang fungsinya menjelaskan kalimat utama.

Kalimat penjelas dapat berisikan:

a. uraian-uraian kecil,

b. contoh-contoh,

c. ilustrasi-ilustrasi,

d. kutipan-kutipan, atau

e. gambaran-gambaran.

Berdasarkan letak gagasan utamanya, paragraf terbagi kedalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1. Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemudian disusul oleh penjelasan-penjelasan terperinci terhadap gagasan utama.

Contoh:

· Jadi, membaca karya sastra dengan baik adalah upaya yang cukup tepat untuk mengenal sekaligus memahami bahasa Indonesia secara signifikan. Tentu saja dalam memahami bahasa itu tidak cukup dengan membaca. Hal itu harus pula dipraktikkan dengan cara melatih diri dan mengemukakan berbagai pendapatnya ke dalam bentuk tulisan.

· Bacaan yang baik untuk anak berisi contoh yang baik-baik pula. Cara yang dapat dilakukan dengan menampilkan tokoh kartun, boneka, badut yang lucu, tetapi mengandung unsur pendidikan. Tokoh binatang yang cerdik pun dapat pula mewakili pesan moral. Misalnya, kancil menipu buaya atau sejenisnya. Tokoh orang bertubuh raksasa, tetapi sangat baik terhadap sesama.

2. Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta atau uraian-uraian. Kemudian dari fakta-fakta ini penulis menggeneralisasikannya ke dalam sebuah kalimat.

Contoh:

· Pembicaraan ringkas mengenai puisi-puisi Bahrum Rangkuti ini, tentu saja sebatas bentuk luarnya. Ada banyak hal yang sesungguhnya menarik dan pembahasan mengenai hal-hal yang menarik itu tidak cukup hanya dikupas sepintas lalu. Meskipun begitu, pembicaraan ini setidak-tidaknya sebagai langkah awal untuk mengupas lebih jauh karya-karya Bahrum Rangkuti. Bagaimanapun juga, Bahrum dengan cara dan gayanya sendiri, telah ikut memperkaya peta perpuisian di Tanah Air.

· Kebijakan yang diterapkan Jepang itu akhirnya sampai juga ke Indonesia. Rakyat diminta menanam pohon jarak sebagai tanaman pagar. Tanaman jarak pun selanjutnya dikenal sebagai jarak pagar. Tanaman ini diyakini dapat menggantikan bahan bakar fosil yang selama ini dipakai secara luas di seluruh dunia. Itulah sekelumit sejarah pemakaian minyak jarak di Indonesia.

3. Paragraf Campuran (Deduktif Induktif)

Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam paragraf ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulangi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.

Contoh:

Saya berkeyakinan kalau Indonesia memfokuskan diri pada sektor agrobisnis, tidak ada negara lain yang mampu menandingi kita. Agar reformasi tersebut dapat terjadi, yang over valued harus dhindari. Memang, krisis ekonomi yang sedang berlangsung, telah mengoreksi nilai tukar kita. Dalam hal ini, pemerintah tidak perlu memaksa rupiah menguat, tetapi biarkan mekanisme pasar menemukan keseimbangannya. Yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan diri terhadap nilai tukar yang ada dengan mendorong industri-industri yang mampu survive pada nilai tukar yang ada, yakni sektor agrobisnis. Bagi sektor agrobisnis, semakin melemah rupiahasal stabil, akan semakin baik. Apabila sektor ini sudah berjalan dengan baik, tidak mustahil negara kita akan menjadi salah satu negara yang ekonominya tertangguh di dunia.

4. Paragraf Deskriptif/Naratif

Jenis paragraf ini, gagasan utamanya tersebar pada seluruh kalimat. Jenis paragraf ini umumnya dijumpai pada karangan-karangan deskripsi dan narasi atau pada paragraf yang menggambarkan/menceritakan suatu hal. Oleh karena itu, paragraf jenis ini disebut paragraf deskriptif atau paragraf naratif.

Contoh:

Sikap santun dan penuh hormat kepada Umi bersemi sejak kanak-kanak. Umi disayang oleh semua orang, mulai dari kakek, nenek, ayah saya pokoknya semua memanjakan beliau. Sampai dia dapat suami, suaminya pun sayang dan memanjakan Umi saya. Umi orangnya aktif sehingga jarang memasak untuk keluarga. Sekali memasak, Umi membuat rendang banyak-banyak untuk kebutuhan satu bulan, atau satu minggu karena Umi sering pergi lama untuk urusan organisasi. Yang memasak Bapak, yang memperbaiki kompor dan berusaha memanjakan Umi juga Bapak.

Paragraf di atas mendeskripsikan sikap orang-orang terhadap Umi. Gagasan tersebut tampak pada setiap kalimatnya. Mulai dari kalimat pertama hingga kalimat terakhir semuanya menggambarkan Umi yang disenangi orang-orang di sekelilingnya.

Novel

5.1 Menerangkan Sifat-sifat Tokoh dari Kutipan Novel yang Dibacakan

Penokohan adalah cara pengarang mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulisnya.

Contoh:

Watak Siti Nurbaya: baik, pengertian, penyayang

Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang dapat menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Teknik analitik: karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang.

2. Teknik dramatik, karakter tokoh dikemukakan melalui:

a) penggambaran fisik dan perilaku tokoh,

b) penggambaran tata kebahasaan tokoh,

c) pengungkapan jalan pikiran tokoh, dan

d) penggambaran oleh tokoh lain.

5.2 Menjelaskan Alur Peristiwa dari Suatu Sinopsis Novel yang Dibacakan

Alur/ plot adalah struktur penceritaan dalam prosa fiksi yang di dalamnya berisi (rangkaian kejadian atau peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab-akibat (kausalitas) dan logis).

Tahap alur/ plot:

a. Pengenalan/ permukaan d

b. Penampilan masalah/ konflik c

c. Konflik memuncak b e

d. Puncak ketegangan/ klimaks

e. Ketegangan menurun a f

f. Penyelesaian

Keterangan:

a. Pengenalan/ permukaan

Tahap ini menguraikan latar cerita atau penokohan.

b. Penampilan masalah/ konflik

Tahap ini menceritakan persoalan yang dihadapi pelaku cerita.

c. Konflik memuncak

Tahap ini menceritakan konflik yang dihadapi pelaku semakin meningkat.

d. Puncak ketegangan/ klimaks

Tahap ini menggambarkan ketegangan masalah dalam cerita atau masalah itu telah mancapai puncak.

e. Ketegangan menurun

Tahap ini menceritakan masalah yang telah berangsur-angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.

f. Penyelesaian

Tahap ini menceritakan masalah tersebut sudah dapat diatasi. Namun, ada pula novel atau cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imaji pembaca.

Konflik merupakan inti dari sebuah alur. Konflik dapat diartikan sebagai suatu pertentangan.

Macam-macam konflik:

  1. Konflik manusia melawan alam

Contoh: Nelayan dengan amukan gelombang yang keras.

  1. Konflik manusia melawan manusia

Contoh: Peperangan, pertengkaran, perkelahian, persaingan.

  1. Konflik batin

Contoh: Mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan.

  1. Konflik manusia dengan Tuhan

Contoh: Orang yang menuduh Tuhan tidak menyayanginya.

DRAMA

A. Pengertian

Drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan penyampaian pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Dalam menulis drama, kita harus memperhatikan persyaratan-persyaratan pementasan. Oleh sebab itu, dalam naskah drama, selain cerita dialog naratif, terdapat pula petunjuk tentang bagaimana keadaan panggung dan petunjuk gerak-gerik pelaku.

B. Unsur-unsur Drama

Unsur-unsur drama meliputi:

1. Plot/ alur, yaitu meliputi bagian-bagian berikut:

a. pemaparan atau eksposisi; babak yang mengantarkan situasi awal;

b. penggawatan atau komplikasi, babak mulai munculnya pertikaian (konflik);

c. klimaks, babak sebagai puncak krisis;

d. peleraian atau antiklimaks, babak adanya peleraian;

e. penyelesaian atau babak akhir.

2. Penokohan, yaitu tokoh-tokoh dalam drama yang terdiri atas:

a. protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita;

b. antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita;

c. tritagonis, yaitu tokoh pembantu atau figuran, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.

3. Dialog, merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dalam sebuah pementasan drama. Beberapa ketentuan dalam dialog drama, yaitu sebagai berikut.

a. Dialog harus mendukung peran, maksudnya dialog tokoh tukang becak akan berbeda dengan tokoh seorang lurah.

b. Dialog dalam drama harus lebih tertib dibandingkan dengan percakapan sehari-hari.

c. Para tokoh diperbolehkan mengimprovisasi di luar naskah yang telah ditentukan untuk menghidupkan suasana dan menjadikan dialog dalam cerita lebih wajar dan tidak kaku. Improvisasi adalah penciptaan atau pertunjukan sesuatu tanpa persiapan terlebih dahulu.

4. Latar

Latar adalah keterangan mengenai tempat, ruang, dan waktu di dalam naskah drama.

C. Jenis-jenis Drama

Drama dibedakan menjadi:

1. Berdasarkan bentuk dramatisnya:

- drama tragedi

- drama komedi

- drama tragedi komedi.

2. Berdasarkan bentuk sastra: drama prosa dan puisi

3. Berdasarkan kuantitas cakapannya:

- drama mini kata

- drama pantomim

- drama kata.

4. Berdasarkan penonjolan unsur seninya:

- drama tablo

- opera

- sendra tari

5. Berdasarkan media pementasannya:

- drama televisi

- drama radio

- drama pentas.

D. Para Pelaku Pementasan

Para pelaku pementasan dalam drama:

a. penulis naskah.

b. sutradara.

c. narator. Tugasnya menceritakan kepada penonton mengenai isi cerita. Meskipun berakting di atas panggung, tetapi seorang narator berada di luar alur cerita.

d. pemain.

e. penata artistik.

f. penata rias.

g. penata kostum.

E. Langkah-langkah Pementasan Drama

Langkah-langkah pementasan drama:

1. Menyusun naskah. Idenya bisa merupakan ide asli atau saduran dari kisah-kisah yang telah ada.

2. Lakukan pembedahan secara bersama-sama terhadap isi naskah yang akan dipentaskan. Tujuannya agar semua calon pemain memahami isi naskah yang akan dimainkan.

3. Reading. Calon pemain membaca secara keseluruhan naskah sehingga dapat mengenal masing-masing peran.

4. Casting: melakukan pemilihan peran. Tujuannya supaya peran yang akan dimainkan sesuai dengan kemampuan akting pemain.

5. Mendalami peran yang akan dimainkan. Maksudnya, pendalaman peran dilakukan dengan mengadakan pengamatan di lapangan.

6. Blocking. Sutradara mengatur teknik pentas, yakni dengan cara mengarahkan dan mengatur pemain. Misalnya, dari mana seorang pemain itu harus muncul dan dari mana mereka berada ketika dialog dimainkan.

7. Running. Pemain menjalani latihan secara lengkap, mulai dari dialog sampai pengaturan pentas.

8. Gladiresik: latihan terakhir sebelum pentas. Latihan bermain dari awal sampai akhir tanpa ada kesalahan lagi.

9. Pementasan: keadaan pemain sudah siap dengan kostumnya dan dekorasi panggung sudah lengkap.